Pada Minggu, 26 Januari 2020 diadakan acara pengukuhan dan rapat kerja pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) Cabang Denpasar. Pengukuhan terhadap 30 anggota pengurus baru ini dilaksanakan di Hotel Inna Shindu Beach, Sanur. Acara ini dihadiri oleh Ketua IDI Wilayah Bali, dr. I Gede Putra Suteja serta Dr. dr. Dodik Tugasworo, Sp.S(K) sebagai Ketua Perdossi Pusat. Dalam acara ini, Dr. dr. I Putu Eka Widyadharma, M.Sc., Sp.S(K), resmi dilantik sebagai Ketua Perdossi Cabang Denpasar untuk periode kepengurusan tahun 2019-2023. Dr. dr. I Putu Eka Widyadharma, M.Sc., Sp.S(K) menggantikan Ketua Perdossi sebelumnya Prof. Dr. dr. AA Raka Dewi, Sp.S(K) yang saat ini menjabat sebagai Rektor Universitas Udayana.
Acara dibuka dengan penampilan Tari Pendet dan Gita Suara Neurologi oleh residen Neurologi Udayana. Setelah pembacaan surat keputusan tentang susunan pengurus yang baru, acara dilanjutkan dengan pelantikan oleh Ketua IDI Bali serta pembacaan janji pengurus yang dipandu oleh Ketua Umum PP Perdossi. Terakhir, dilakukan penyematan pin Perdossi secara simbolis kepada seluruh pengurus yang baru. Acara kemudian dilanjutkan dengan rapat perdana ketua dan pengurus Perdossi yang baru.

Kemajuan Teknologi. Epidemiologi.
Dalam kesempatan ini, ketua Perdossi Cabang Denpasar Dr. dr. I Putu Eka Widyadharma, M.Sc., Sp.S(K) mengajak seluruh dokter spesialis saraf/neurologi untuk profesional dan selalu berpegang kepada kode etik dan sumpah dokter Indonesia dalam menjalankan profesinya. Tantangan bekerja sebagai dokter spesialis saraf semakin kompleks kedepannya. Apalagi adanya revolusi 4.0 juga mengharuskan para dokter untuk segera beradaptasi terhadap kemajuan teknologi yang ada. Saat ini berbagai diagnosis dan terapi kasus-kasus neurologi dapat dikembangkan seiring dengan berkembangnya Artificial Intelligence (AI), Virtual Reality (VR), dan teknologi-teknologi lainnya.
Angka kasus-kasus seperti stroke dan epilepsi masih tinggi di Bali serta tidak ada data angka yang pasti mengenai penyakit-penyakit ini. Akibatnya pemetaan kasus-kasus tersebut tidak diketahui. Hal ini juga akan menjadi fokus program kerja kepengurusan saat ini. Diharapkan dengan adanya data ini, penanganan mengenai kasus-kasus neurologi akan semakin maksimal kedepannya.